Kamis, 15 September 2016

Jangan Pernah Engkau Lupakan Daku ‘Candi Borobudur’



Jangan Pernah Engkau Lupakan Daku
‘Candi Borobudur’

   
Kian lama tak ku dengar nama borobudur berada pada posisi keajaiban dunia. Apakah aku telah dilupakan Negeri ? bahkan dunia ?. Padahal aku adalah salah satu monumen buddha terbesar di dunia dan termasuk situs warisan dunia. Teringat ketika waktu dulu aku pernah diterlantarkan, aku tersembunyi dan terlantar selama berabad-abad terkubur dibawah lapisan tanah dan debu vulkanik yang kemudian ditumbuhi pohon dan semak belukar sehingga aku kala itu benar-benar menyerupai bukit. Aku tak mau sampai seperti itu lagi, orang-orang melupakanku hingga aku tenggelam dan hilang.

Bagi engkau yang belum mengenalku, wahai generasi muda. Namaku candi borobudur sebuah candi buddha yang terletak di borobudur, magelang, jawa tengah, Indonesia. Aku memiliki koleksi relief buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Dengan enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca buddha, 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila. Biasanya aku dipakai untuk berziarah karena orang-orang menyebutku sebagai monumen dengan model alam semesta dan dibangun untuk memuliakan buddha.

Aku terbangun oleh otot yang kuat, semangat yang berkobar, dan keringat yang bercucuran. Kalau bukan mereka sang nenek moyang yang membangunku, lalu siapa lagi ?. Tak mungkin aku sekarang menjadi mahakarya bersejarah di dunia, kalau bukan karena mereka. Hargailah dan jagalah diriku. jangan sampai orang lain mengambil bagian dariku. Ingatkah ketika jaman penjajahan? Engkau membiarkan bagian dariku dicuri orang asing, bahkan ada bagian dariku yang disimpan di museum asing, bukan di Negeri ini.

Bangsa Indonesia dikenal dengan kearifan lokal. Memiliki toleransi dan kebersamaan yang sangat tinggi. Tanpa disadari, ternyata Nenek moyang mewarisi kekayaan jati diri yaitu kearifan lokal. Maka ketika ketidak jelasan timbul mengenai candi lara jonggrang di prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun oleh rakai pikatan sebagai jawaban wangsa sanjaya untuk menyaingi kemegahan borobudur milik wangsa syailendra. Padahal tidak, terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini. Entahlah bagi generasi muda sekarang , kearifan lokal itu masih mendarah daging atau malah memudar ?

Banyak orang yang sering mengunjungiku, ternyata kini akulah menjadi objek wisata tunggal yang paling banyak dikunjungi di Indonesia, baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara. karena setiap tahunnya selalu meningkat 80% hingga 2,5 juta pengunjung per-tahun. Tetapi yang aku harapkan, kau para pengunjung jangan sampai merusakku, karena aku sang kekayaan Negeri.

Nenek moyang Indonesia memiliki potensi aritektur yang sangat tinggi. Dan aku merupakan mahakarya seni rupa buddha Indonesia, sebagai contoh puncak pencapaian keselarasan teknik arsitektur dan estetika seni rupa budha di Jawa. Buktinya, ketika gempa berkekuatan 6,2 skala mengguncang pesisir selatan jawa tengah. Bencana alam ini menghancurkan kawasan dengan korban terbanyak di Yogyakarta. Akan tetapi aku, Borobudur tetap utuh. Sungguh menakjubkan, padahal aku hanya terbangun dari tumpukan batu tanpa semen. Aku dibangun dengan sekitar 55.000 meter kubik batu andesit yang dipotong dalam ukuran tertentu dan disatukan tanpa menggunakan semen sama sekali, tetapi menggunakan sistem interlock (saling kunci).

Tidak mungkin orang membangun tanpa nilai dan arti, begitupun aku. Setiap relief candi secara singakat bermakna, karmawibhangga (gambaran kehidupan), Lalitawustara (gambaran riwayat sang buddha), Jataka dan Awadana (penonjolan perbuatan baik), Gandawyuha (cerita sudhana yang tak kenal lelah untuk mencari kebenaran). Relief dan pola hias di candiku bergaya naturalis dengan proporsi yang ideal dan selera estetik yang halus. Relief-relief inipun menerapkan disiplin senirupa India, seperti berbagai sikap tubuh yang memiliki makna atau nilai estestis tertentu. Dan aku, tak ubahnya bagaikan kitab yang merekam berbagai aspek kehidupan masyarakat kuno. Seperti relief yang menampilkan gambar, seperti sosok manusia baik bangsawan, rakyat jelta, atau pertapa, aneka tumbuhan dan hewan, serta menampilkan bentuk bangunan vernakular tradisional Nusantara.

Pencapaian estestika dan keahlian teknik arsitektur yang ditampilkan olehku, serta ukurannya yang luar biasa, menjadi bukti keagungan masa lalu, dan telah membangkitkan kebanggaan bagi bangsa Indonesia dan juga menjadi simbol yang kuat bagi Indonesia sebagai saksi kejayaan masa lalu. Dan engkau wahai generasi muda, berkaryalah untuk Negeri, jagalah kekayaan dari Negeri, karena engkau terlahir oleh Negeri. Maka karyalah yang pada akhirnya akan berbicara.

#bukticinta_blog #loveorlost

Tidak ada komentar:

Posting Komentar